Jika Hari Ini Aku Mati
Entah kapan tepatnya pertama kali pikiran ini muncul di benak penulis. Jika hari ini adalah hari terakhir penulis hidup, maka apa yang penulis pikirkan?
Ketakutan
Hal pertama yang penulis ingat pada saat penulis mengkhawatirkan tentang hari esok, penulis sangat ketakutan. Bahkan ketakutan itu membuat penulis tidak bisa berpikir tenang, tidak bisa tidur, dan mengalami mimpi buruk selama tidur, dan tidur yang terus menerus terbangun sendiri. Itu mungkin kali pertama penulis merasakan hal ini, dan penulis sama sekali tidak siap jika memang hari ini menjadi hari terakhir penulis untuk hidup.
Tindakan
Setelah pertama kalinya mengalami ketakutan yang cukup ekstrim, penulis mulai mempertanyakan tujuan hidup penulis sendiri. Pada saat itu, usia yang baru saja selesai dari bangku kuliah, sedang berapi-api dengan karir, justru dihadapkan dengan fakta bahwa dunia karir tak seindah itu. Penulis kemudian menyadari bahwa tidak ada gunanya bagi penulis untuk mempertahankan atau memperjuangkan karir yang tidak penulis sukai, yang penulis sendiri menderita dalam menjalaninya. Meskipun penulis tahu, suatu saat nanti, penderitaan ini mungkin akan memberikan sebuah hasil yang baik. Tetapi proses atau perjalanan yang harus dilalui tidak sebanding dengan hasil yang baru bisa dipetik bertahun-tahun kemudian.
Penulis mulai mempertanyakan perjalanan karir, apakah harus selalu terjal? Jika memang begitu, dan ternyata banyak juga yang mengalami, penulis pada saat itu memutuskan untuk tidak mau berlomba dalam karir lagi. Perlombaan dalam berkarir bukan untuk penulis yang menikmati perjalanan hari-demi hari, alih-alih menantikan hasil yang besar di akhir hari.
3 Tahun Silam
Setelah mengalami ketakutan ekstrim tadi, dan mulai mencoba tindakan-tindakan yang diperlukan. Ternyata penulis sempat mengalami kembali keadaan “Jika hari ini aku mati”. Namun berbeda dengan sebelumnya, penulis masih bisa menenangkan pikiran, tidur dengan cukup, dan mengurangi keburukan mimpi selama tidur. Bagaimana 3 tahun silam bisa begitu berbeda?
Berangkat-Kerja-Pulang-Gajian
Catatan penulis, bagian ini tidak untuk semua orang. Tiap orang memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda terharap kondisi mereka. Penulis termasuk yang bertanggung jawab untuk diri penulis sendiri. Gaji yang diterima oleh penulis, hanya perlu digunakan untuk memenuhi kebutuhan penulis saja.
Berbeda dengan beberapa orang di sekitar penulis, ada yang gaji mereka harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Entah ini hal yang perlu disyukuri atau bukan. Tetapi hal ini jutru membuat penulis pada saat itu merasa, buat apa bekerja lalu mendapatkan gaji, jika uang itu juga tidak dibutuhkan? Tapi bukan berarti penulis ingin mengurangi gaji yang diterima dari perusahaan, karena itu dapat membuat penulis terlihat tidak profesional dengan menurunkan harga penulis. Sehingga hal itu membuat penulis berpikir hal yang lain, mungkin uangnya bisa digunakan oleh orang lain yang membutuhkan.
Awal Mula Bantuan Finansial
Penulis bersyukur pada saat kecil, kebutuhan penulis selalu terpenuhi. Baik itu kebutuhan primer maupun sekunder, namun tidak selalu untuk tersier. Pada saat beranjak dewasa, penulis pun memenuhi kebutuhan primer dan sekuder penulis sendiri dengan cukup. Namun di luar sana masih ada orang yang kebutuhan sekunder ataupun primer pun belum tercukupi. Sehingga itu membuat penulis menemukan salah satu tujuan hidup, mungkin penulis dapat membantu orang lain.
Masih banyak orang yang membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pun orang-orang yang membutuhkan kebutuhan primer masih banyak sekali. Dapat dilihat dengan mudah bagaimana beberapa orang masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan mereka. Penulis sempat ingin untuk berkontribusi pada rumah makan gratis, namun biaya yang dibutuhkan cukup besar, sehingga penulis mengurungkan niat.
Kemudian penulis memfokuskan diri pada kebutuhan sekunder, yakni pendidikan. Bagi penulis, pendidikan sangat penting. Pendidikan bukan hanya pendidikan formal saja, namun juga pendidikan informal. Penulis sendiri cukup banyak belajar melalui pendidikan informal. Namun penulis melihat masih banyak orang yang butuh pendidikan informal, namun tidak sanggup untuk membayar biaya yang diperlukan. Sehingga disinilah penulis mulai menyisihkan sebagian gaji yang penulis terima, agar orang lain terpenuhi kebutuhan sekunder mereka untuk mendapatkan pendidikan yang mereka inginkan.
Jika Hari Ini Mati
Jika hari ini mati, penulis mungkin akan kehilangan banyak sekali mimpi yang ingin diwujudkan. Seperti membahagiakan orang tua dan saudara, menikah, memiliki anak dan keturunan, memiliki bisnis atau mimpi-mimpi yang lain. Namun bagi penulis, mimpi-mimpi tadi sebetulnya adalah mimpi-mimpi yang perjalanannya cukup panjang. Mungkin suatu saat jika penulis meyakini bisa mewujudkan mimpi-mimpi tersebut, namun ternyata tidak terwujud, mungkin di alam kubur penulis akan mengomel tiada henti.
Namun penulis menyadari, hidup ini ada untuk kita jalani dengan sebaik-baiknya yang bisa kita lakukan di hari ini. Dan penulis merasa, hari ini penulis sudah berjuang sekuat tenaga yang penulis lakukan, tanpa mengurangi nilai-nilai keagamaan. Jadi, seandainya ini adalah hari terakhir bagi penulis, semoga penulis bisa ikhlas menerimanya. Semoga pembaca juga bisa ikhlas menerima bahwa penulis telah dipanggil, dan telah menjalani hidup sebaik-baiknya yang penulis telah usahakan.
Tulisan ini semoga bisa menjadi pengingat bagi penulis sendiri. Terima kasih telah membaca.