Susahnya Mencari Pertolongan
Tak terasa sudah hampir sebulan sejak terakhir menulis. Entah kenapa secara tidak sengaja topik yang dibahas juga masih cukup berkaitan. Jika sebelumnya membahas mengenai kesiapan untuk mati, kali ini membahas mengenai pertolongan. Tulisan ini dubat sebagai refleksi dan ekspresi diri, menyampaikan pengalaman penulis dalam susahnya mencari pertolongan.
Belakangan ini saya berupaya untuk mencari pertolongan. Saya merasa tidak nyaman dengan kehidupan saya. Namun saya juga tidak memiliki jawaban mengenai bagaimana keluar dari kondisi yang saya alami. Yang saat ini saya alami adalah jika saya tetap melanjutkan apa yang saya lakukan, itu mungkin saya akan menderita dalam waktu dekat. Namun jika saya berubah, mungkin saya terlepas dari penderitaan dalam waktu dekat, tapi saya akan mendapati penderitaan lain dalam beberapa waktu kedepan. Kondisi dan pilihan yang sangat membingungkan untuk saya.
Usaha awal yang saya lakukan adalah memberitahu pasangan saya. Mungkin lebih tepatnya adalah pasangan saya yang menyadarkan saya bahwa saya butuh pertolongan. Begitu diajak untuk menggali perasaan dan pikiran saya, saya menemukan titik-titik ketidaknyamanan saya. Darisana saya mulai untuk mencari jawabannya sendiri. Namun naas, saya berada pada suatu dilema yang membuat saya kesulitan untuk mencari jawaban sendiri. Pun pasangan saya juga tidak dapat banyak membantu saya karena mungkin ini juga bukan bidang yang dia ketahui secara detail.
Setelah saya dan pasangan saya sama-sama tidak dapat menemukan solusi atau jalan tengah, saya putuskan untuk mulai approach teman-teman saya. Salah seorang adalah senior yang memang sudah bekerja di luar negeri secara remote sejak lama. Dan seorang lagi adalah seorang recruiter yang memiliki bisnis agency recruitment sendiri. Namun hingga hari ini yang baru membalas hanya senior saya saja.
Berbincang dengan Senior
Perbincangan dengan senior sebetulnya tidak membahas mengenai masalah saya. Karena, kami percaya bahwa membahas masalah itu suatu hal yang kurang bermanfaat. Lebih baik pembahasaan langsung ke solusi-solusi yang bisa diambil dan dilakukan. Senior saya memberikan begitu banyak pengetahuan, pengalaman, dan resource yang dia miliki untuk bisa saya manfaatkan. Saya sangat berterima kasih karena saya mendapatkan banyak hal, namun sayangnya saya belum dapat memanfaatkan pemberian beliau tersebut karena permasalahan yang saya hadapi.
Waktu, energi, dan emosi adalah 3 hal utama yang menurut saya ada di kehidupan kita sehari-hari. Waktu yang dimiliki orang setiap harinya sama, yang berbeda adalah cara orang memanfaatkannya. Terkadang kita memiliki waktu, tetapi energi dan emosi kita tidak dapat memanfaatkan waktu tersebut. Terkadang energi dan emosi kita siap, namun justru waktunya yang tidak tersedia. Ini menjadi permasalahan seperti kucing yang berusaha menangkap ekornya.
Dari suatu masalah ini, sebetulnya bisa dipecah menjadi beberapa hal. Salah satunya mungkin sudah terjawab dengan bantuan senior saya. Jawaban dari senior saya itu membutuhkan peran saya sendiri untuk melanjutkan proses pembelajaran. Sedangkan karena permasalahan waktu, energi, dan emosi, kini saya terjebak sehingga tidak dapat melanjutkan petuah dari senior saya.
Karena adanya permasalahan baru ini, kini saya pun kembali bimbang. Dan saya juga kebingungan kepada siapa saya bertanya atau meminta tolong perihal hal ini. Mungkin ini waktunya untuk datang ke profesional?
Sampai jumpa di tulisan berikutnya