chapter paling bawang

Prim memukul lengan Win yang sedari tadi malang-melintang di depan mukanya. Merasa kesal, ia mendorong kakaknya itu jauh-jauh. “Koko jangan ganggu aku masak!”

“Ih! Aku kan cuma mau bantu!” Kini Win mengambil penjepit makanan dan siap-siap mengambil udang yang sedang di goreng Prim. “Idiiiih, nggak usah! Nanti tambah berantakaaan!”

“Sayang, bantuin aku!” Win berteriak-teriak memanggil Bright yang sedang mencicipi semua kue yang belum selesai dihias. “Ko Bright, jangan dimakan! Itu belum selesai!” Prim mengikuti Win meneriaki Bright.

Mereka bertiga kemudian saling kejar-mengejar keliling dapur, Bright masih berusaha mencuri beberapa kue yang ada di meja, mengopernya pada Win, sementara Prim ngotot untuk merebut kembali kue-kue yang belum selesai ia dekor tersebut.

“Ce Janeee, toloooong!”

Mendengar keributan dari arah dapur, Jane yang sedang bermain dengan Michael dan Angela sontak menoleh, dan melihat Prim kecil kewalahan mengejar Bright dan Win yang sepertinya tengah menganggu pekerjaannya di dapur. Begitu Bright lewat di depannya, Jane langsung menjegal kaki Bright hingga ia tersandung dan jatuh.

“Jancok!”

“Mampus!”

Bright mengaduh dan lanjut misuh-misuh sambil berusaha duduk, Win yang melihat kesayangannya jatuh langsung panik dan menghampiri Bright, ia mengelus-elus dengkul Bright, “Iih, mana yang sakit, ini ya? Apa ini?”

“Hati-hati Win, coba dilihat itu dengkulnya Bright. Amnesia gak, dia?” ucap Jane.

“Apa maksudmu, anjeng!”

“Ya otakmu kan ndek dengkul,” Jane tertawa terbahak-bahak, lalu ia memandang Prim yang sedang bersandar di sofa, kecapekan. “Udah beres nih, Prim! Wes tak usir dua hama penganggu dapur iki! Sana kamu lanjut masak lagi!”

Prim mengacungkan jempol, sebelum pergi, ia memasang tatapan emosi ke Bright dan Win sambil berlagak akan melempar panci yang sedang dipegangnya.

“Udah kon itu disini aja! Jangan gangguin Prim masak!” Jane mengelus-elus Angela di tangannya, “Ini aja mending kalian latihan jadi bapak, urusin Michael sana,”

“Uuuuuu Michael tayang,” Win mengambil Michael yang sedang menggeliat di lantai, lalu membawanya ke gendongan. “Bright, lucu, nih. Aku mau dong,”

“Alah, aku juga bisa jadi kayak Michael. Nggak usah beli kucing lah, elus-elus aku aja.” Bright kemudian ndusel-ndusel ke leher Win sambil pura-pura mengeong, “Meowwwwww.”

“Gila ini kembaranmu Jane.” komentar Win. Jane hanya memutar mata. “Loh, baru sadar?”

Tiba-tiba terdengar suara tawa dari arah lain, mereka bertiga melihat Earth dan Mix keluar dari sebuah kamar berdua sambil bercanda, kemudian dua laki-laki itu menghampiri Love yang sedang menata meja makan.

“Itu kamar Mix bukan?” tanya Bright. Win mengangguk. “Isok ae. Durung pacaran wes main e ndek kamar.”

Jane menampar wajah Win dengan ekor Angela, “Ngaca, heh! Gak iling opo ambek kelakuanmu jaman jahilliyah.”

“Yang penting sekarang kan udah boleh, iya kan, sayang?” Win melirik Bright sambil tertawa.

“Ya tetep nggak boleh sih, sebenernya, Win.” New yang sedari tadi diam di samping mereka bertiga tiba-tiba angkat bicara. Jane tertawa mengejek, “Tuh, dengerin! Gak boleh main di kamar! Besok-besok kalo Bright ke rumah, suruh mainan di depan pager aja, Ko.”

“Tapi lucu ya, Earth sama Mix.” New memperhatikan kedua laki-laki itu yang sekarang sedang mengaduk es.

“Tapi Mix lebay banget anjir kalo udah sama Mas Earth, pura-pura lemah dia. Tuh, liat, masa buka botol sirup aja gak bisa,” Komentar Win.

“Mix seh emang awak e cilik, cocok lek pura-pura lemah gitu. Lek kon seng gitu, isin Win ambek otot-ototmu.” ucap New. Win merengut mendengar kakaknya membela Mix.

“Belum pacaran, ya?” tanya Bright.

“Belum. Mix sek digantung jarene.” jawab Win.

“Kayak pernaaaah tauuuuuuuu,” New mengerling pada Win, sementara yang disindir hanya cemberut. “Yang penting sekarang enggak!”

“Iyo yo wes pacaran, hih!” Kesal melihat adiknya sombong terus, New melempar bantal sofa ke muka Win.


“Janeee, Janeeeeee!”

Mami Love turun dari tangga dan berseru heboh ketika melihat Jane. Jane menundukkan kepala, menyambutnya dengan cipika-cipiki seperti biasa.

“Apa kabar, Tante?”

“Baik-baik! Kamu kapan nikah?”

“Haaaaaa?” Jane melongo ditodong pertanyaan kayak gitu. “Ih, Mamimu kemarin cerita, katanya lu udah pacaran kan Gun? Ayok deh, disegerakan. Gun itu anak pertama lho, itu Maminya udah keburu pengen gendong cucu! Ayo, ayo! Ntik kamu tak pesenin gaun di temennya Ai yang paling toooop wes!”

Jane meringis, ia hanya mengangguk-angguk. “Iya, iya. Lulus dulu, ya, Tan....”

“Hoeeee, kelamaaan! Wong dulu Koko mu aja belum lulus udah tunangan, kan?!”

“Iya, tapi kan.... Nggak jadi, Tan.... Hehehehehehe......” Jane melirik Jumpol yang dari tadi menguping, dengan pandangan tak enak.

Mami Love tampak terkejut, merasa salah bicara. “Ho, iya. Nggak jadi, ya? Sabar ya, Ko. Ntik tak kenalin anaknya temennya Ai, ya. Kamu suka yang kayak gimana? Yang mungil-mungil gitu to kamu sukanya? Ntik Ai cariin!” Mami Love mengganti fokusnya pada Jumpol, Jumpol hanya mengiyakan dengan sungkan.

“Love, Love! Wes siap, belum?!”

“Udah, Miii!”

“Naaah! Ayo semuanya makan dulu, ayo, ayo!”

Udah kayak rombongan study tour, mereka bersembilan belas kemudian berjalan ke meja makan bersama-sama dan bersiap untuk makan siang.

“Panjang banget meja makan e.” Aje berbisik pada Jeje disampingnya. “Iyo wah, lek misal iki makan ndek rumah e awake, kabeh lungguh ndek kloso, nggelempoh.”

“Terus makannya pake pincuk, gak nggawe piring ngene.” tambah Nanon. Racha ikut cekikikan, “Cek gak ribet korah-korah.”

Ting, Ting, Ting!

Krist mendentingkan gelas digenggamannya, ia kemudian bicara, “Ehem, ehem. Halo semuanya, terima kasih, ya sudah mau dateng. Buat sepupu-sepupuku, geng Citraland dan gengnya Singto. Terima kasih udah dateng dan mau mendoakan Mami dan Papi. Semoga pernikahannya Mami dan Papi makin sayang satu sama lain, diberkahi sama Tuhan di setiap langkahnya, rejekinya, dan langgeng terus sampe maut memisahkan,”

“Amin, Amin, Amin!”

“Terima kasih ya, semuanya.” Papi Krist membuka obrolan. “Seneng deh, dikelilingi anak-anak muda gini. Berasa balik ke jaman dulu waktu masih pacaran, ya gak, Mi?”

Mami tertawa, “Iya. Apalagi kalo lihat Gun sama Jane, aduh rasanya flashback lho, Ai ini!”

Gun dan Jane bertatap-tatapan lalu tersipu malu.“Doain ya Tan, semoga Gun sama Jane bisa nyusul, sampe Anniversary ke-25 juga,” ucap Gun.

Bright menginjak kaki Gun di sebelahnya, menatapnya dengan pandangan mengancam. Opo seh?!!!! Gun membalas tatapan Bright dengan kesal, selalu saja kembaran jahat pacarnya ini menginterupsi langkah Gun.

“Yaudah yaudah, ayo makan! Ini khusus ya masakannya dari Chef Prim sama Chef Love, cobain nih, enak gak!”


“Enak, gak?” tanya Mix pada Earth di sampingnya.

“Enak, kok.” jawab Earth. “Tiap hari yang masak disini Love?”

“Kadang-kadang aja, kalo dia lagi rajin ya dia yang masak.” ucap Mix. “Tapi banyak gak rajinnya, hahahahah.”

“Kamu ke rumahku aja kalo Love enggak masak.” kata Earth, “Nanti aku masakin.”

“Emang Mas bisa masak?”

“Woh, sembarangan ya, kamu. Inget pedet yang kemarin? Udah ada disini.” Earth menunjuk perutnya.

“Hah?!!! Dibunuh?!”

“Disembelih,” Earth mengganti kata-kata Mix, “Udah tak masak jadi sop.”

“Kasihan....”

“Gapapa kok kemaren Christabelle udah melahirkan lagi jadi bakal ada pedet baru, Mix...”

“Christabelle siapa anjir?”

“Christabelle itu ibunya pedet yang kamu kasih makan kemaren.”

“Namanya Christabelle?!!!!!!!”

“Iyo, hehehehe. Cantik kan....”

Mix geleng-geleng kepala. Kalo dia tetep nanggepin Earth, bisa-bisa makanan di piringnya ini gak habis-habis.

“Earth, ayo makan yang banyak. Kamu pasti capek kan, ngurusin Mix terus. Nyusahin emang arek iki.” ucap Papi.

“Hehehe, iya Pi.. Eh, Om...”

“Panggil Papi juga gak papa kok, santai aja hahaha. Kemarin katanya Mix abis kamu ajak beternak, ya? Bisa nggak kalok Mix kamu jadiin pegawai tetap aja di ternakmu sana?”

“Pi!!!!” Mix berseru kesal, bisa-bisanya ia disuruh jadi pengasuh sapi!

Earth tertawa, “Ya bisa sih, Om. Tapi jangan deh, kasihan Mix, saya takut nanti dia diseruduk sapi.”

“Biar aja, biar dia nggak manja.”

“Setuju, sih.” Komentar Krist. “Biar aja dia merah susu sapi disana. Kon gak bisa buka tutup botol susu, kan? Langsung aja sana minum dari induk sapi!”

Mix menatap kakaknya geram, lalu menoleh kembali pada Earth dengan tatapan memelas, “Mas, jangan dengerin.”

Love pura-pura muntah melihat Mix bertingkah sok imut, ia langsung minum air putih banyak-banyak. “Mual orang bucin.”

“Sering-sering ajak Mix main keluar ya, Earth. Diajak macul sawah juga kalo bisa. Biar dia nggak beli velg aja mulu. Ngabisin duit aja,” ucap Papi lagi.

“Hehehehe, iya, Om, siap. Kalo gitu, saya sekalian minta ijin, Om.”

“Minta ijin apa? Mau nyuruh Mix nguras tambak? Iya boleh, boleh! Pokoknya suruh Mix lebih dekat sama alam, biar nggak ansos dia itu main PS mulu,”

“Bukan Om, hehe. Mau minta ijin jadi pacarnya Mix, boleh?”

Hening sesaat. Semua orang yang ada di meja makan seperti refleks menghentikan kegiatan makannya masing-masing dan melongo seperti orang kesambet. Earth kebingungan melihat situasi di sekitarnya tiba-tiba senyap seperti pindah ke alam lain. Ia menoleh pada Mix di sampingnya yang masih terdiam, ia melambaikan tangannya di depan muka Mix, sampai laki-laki itu sadar dan tersedak nasinya sendiri.

“Eh, Mix, Mix, minum, minum!” dengan panik Earth memberikan segelas air dan menegukkannya pada Mix yang masih batuk-batuk.

Suara panik Earth mencairkan keadaan yang tadi membeku, dan yang masih terkejut atas tingkah Earth barusan tentunya geng kamseupay. Gak ada yang kepikiran sama sekali kalo Earth bakal nembak Mix di depan orang tuanya langsung gini!

“Saya emang belum punya apa-apa sih, Om. Nggak mau janjiin yang muluk-muluk juga. Tapi saya janji, bakalan sayang dan jagain Mix terus. Kalo sama saya, janji Mix nggak bakalan sedih, nggak bakalan sakit, nggak bakalan gosong kena matahari, pokoknya bakalan saya dekep terus biar enggak lecet!” ucap Earth, ia kemudian melirik sekitarnya, “Saya nggak bawa apa-apa juga hari ini, tapi buat bukti kalo saya serius, eh, Racha, tolong ambilin bawang!”

Racha terkejut tiba-tiba disuruh ambil bawang, mana ada bawang?! Ia celingukan mencari bawang di atas meja makan sampai sadar yang dimaksud Earth adalah onion ring, bawang bombay yang digoreng crispy. “Onion ring,” koreksi Racha.

“Ya, itu deh, onion ring. Nah, pas juga ada ring-ringnya. Ini bukti kalo saya serius sama anak, Om.” Earth mengambil satu onion ring, lalu memberikannya pada Mix.

“Ini.... Diapain?” Mix berkata pelan, masih shock.

“Terima dulu. Nanti kalo udah waktunya, aku ganti pake cincin beneran.”

Love refleks berteriak stress, sementara Krist masih melongo, tidak percaya dengan apa yang sedang dilakukan Earth pada Mix.

“Pegangin Ko Mix! Aku takut dia pingsan!”

Chimon dan Win langsung berlari ke kursi Mix, menepuk-nepuk pipinya, memastikan sepupunya itu masih sadar. “Mix, Mix? Halo? Halo? Mix, jawab, Mix?”

Mami dan Papi yang tadi sempet ikutan shock sesaat, saat sudah sadar langsung tertawa melihat Mix yang masih kaget jantung. Papi kemudian menepuk-nepuk pundak Earth, “Om sama Tante sih, oke-oke aja. Tergantung anaknya, sih, Mix, mau nggak, tuh? Kalo yang kayak gini sih, kalo mbok tolak, kamu yang Papi goblokin, loh!”

Tatapan Mix masih kosong, tapi pelan-pelan ia mengumpulkan nyawanya dan memandang Earth, “Ini.... Beneran.....? Mas.... Nembak.... Aku...?”

“Sebenernya pengen sekalian ngelamar sih, tapi aku nggak bawa Bapak Ibukku. Nembak dulu aja, deh.”

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!”

Mix berteriak kencang sekali, membuat Chimon dan Mix yang berada disebelahnya langsung kabur kembali ke kursi masing-masing. “Kesurupan!”

“IHHHHHHH IYAAAAAA MAS EARTHHHH AKU MAAAAAAAAUUUUUUUUUU!”