eleven wish

jam baru menunjukkan pukul 6.30 pagi ketika win terburu-buru keluar dari kamar kosnya dan mengunci pintu. ia berniat akan berangkat pagi untuk mengindari macet dengan karena ia akan naik busway hari ini. keadaan di lantai atas kos masing sepi dan kosong, belum ada tanda-tanda penghuni lain sudah bangun dan beraktivitas. win kemudian memakai sandal i ♥ dufannya dan bergegas turun.

sambil memantau pergerakan arus jalanan di jakarta pagi ini di ponsel, win membuka gerbang pagar dengan kaki kanan, bersiap akan lari sampai ia mendengar suara yang familiar menghentikan langkahnya, “win, mau berangkat?”

win menoleh dan mendapati bright sedang berdiri di taman bunganya sambil memegang selang air yang masih menyala. ia menggunakan sleeveless shirt warna putih dan celana pendek di atas lutut. dalam hati win merutuk, anjing lah, kenapa gue harus ketemu dia pagi-pagi gini!

“iya pak, hehe.” jawab win. bright mematikan selang airnya, kemudian berjalan mendekati win, “sudah sembuh?” win mengangguk, “udah gak demam nih pak, suer,” ia membolak-balikkan telapak tangannya sendiri di atas kening. “saya pengen pegang tapi tangan saya kotor habis cabut rumput,” bright terkekeh sementara win berjengit, PENGEN PEGANG KATANYA? GWS DAH LU PAGI-PAGI!

“udah sarapan?” win menggeleng, tepat sebelum ia melontarkan alasan kenapa ia berangkat pagi-pagi, bright langsung menyela, “sarapan dulu. nanti kamu sakit lagi. ayo, saya tadi bangun udah sempet siapin.”

“sekarang bukan senin kan, pak?” tanya win. bright memberikan gestur agar win mengikutinya masuk ke dalam rumah, “ya gapapa, sarapan bareng kan gak harus setiap senin. ayo,” daripada berdebat dan membuat waktunya habis, win memilih mengalah dan menuruti bright. “ada milo, tuh.” tambah bright lagi.

win langsung semangat ketika mendengar nama milo disebut. benar saja, ketika ia masuk, milo sedang duduk di atas meja makan, menonton cocomelon di televisi sambil disuapi oleh babysitternya. win melambaikan tangan, menyapa milo, “hai, milooo!”

“om yang kemarin!” wajah milo berubah semringah, “halo, om!” win tersenyum gemas kemudian ia mengambil kursi di sebelah milo, “makan apa tuuuh?” milo menunjuk-nunjuk roti dan telur mata sapi yang ada di piringnya, “uncle yang bikinin,”

“anak jaman sekarang tuh manggilnya emang uncle, ya. biar kekinian kata maminya,” bright kemudian bergabung ke meja makan sambil membawa sepiring roti untuk win. “lah, barusan dia manggil saya om, tuh, pak.” ucap win. “ya karena baru kenal aja, besok-besok kalo udah akrab pasti dia panggil uncle juga,” jawab bright. ia menyodorkan segelas air putih ke hadapan win, “kamu sarapan dulu.”

win menarik gelas dan piringnya malu-malu, baru saja ia akan makan satu suap, bright berbisik, “apa mau saya suapin juga kayak milo?” NAH KAN. mulai, mulai! win hanya menggeleng sambil tersipu, bright balas tertawa kecil lalu ia bergeser ke milo dan membantu babysitternya memotong buah.

setelah makan, win menyempatkan untuk bermain cilukba dengan milo. seketika ia lupa dengan tujuannya berangkat pagi karena anak berumur tiga tahun di depannya ini terlalu gemas. untuk kesekian kalinya, milo meminta babysitternya menari cocomelon, dan kemudian mereka berdua asik berjoget dengan iringan musik dari tv. win hanya tertawa melihat tingkah milo, dari arah dapur, bright mendekat dan menghampiri win di sofa.

“lucu banget pak, milonya.” ucap win. “iya, lucu ya?” bright ikut-ikutan menertawakan milo yang masih berjoget, “saya nanti kalo udah berkeluarga, pengen punya anak 9, biar kalo main bola bareng nggak kekurangan pemain.” win mengernyit, “lah, main bola bukannya 11 orang ya, pak?” bright mengangguk, “iya, yang dua kan saya sama kamu.”

BAJINGAAAAAAAAN! pak bright masih pagi udah tebar gombal aja! win batuk satu kali, ia hanya senyum-senyum saja menanggapi bright. “kamu mau punya anak berapa?” tanya bright. “saya terserah bapak aja,” mampus lo gue fight balik nih!

“9 berarti, ya.” kata bright. win hanya mengangguk-angguk, “iya gapapa deh pak, lumayan nanti kalo kita ada hajatan banyak yang bantuin,” bright tertawa, “yaudah kalo gitu besok, ya?” win menoleh ke arah bright, besok apa nih? pasti aneh lagi nih isi kepala si bapak.

“besok apa pak?” tanya win. “besok kita dp catering buat resepsi.” YA KAAAAAAANNN. ADA ADA AJAAAAA KAAAAAAN! win memukul lengan bright pelan, “bercanda mulu, bapak, nih.”

bright tertawa, “kamu mau saya anter?” oh iya, win sampe lupa kalo dia mau kerja. “nggak usah pak, saya gojek aja. jauh loh kantor saya, kan bapak kemaren udah tau. apalagi pagi gini pasti macet,”

“gapapa, itung-itung saya latihan,” bright kemudian bangkit dari sofa, dan mengambil kunci mobil yang tergantung di dinding, “latihan apa pak?” tanya win.

“latihan jadi pasangan yang baik dengan nganterin calon suami ke kantor tiap pagi,” bright mengucapkannya dengan nada yang datar dan air muka yang biasa saja, namun mampu membuat win belingsatan dan wajahnya langsung merah padam.

dah. gue pamit undur diri deh. gws semuanya.