prolog

meninggalkan ingar bingar acara di belakangnya, dew menundukkan badan dan berpamitan kepada kolega dan senior yang ada dihadapannya. ia berterima kasih sembari menyambut jabat tangan mereka-mereka yang tak ada habisnya. malam ini ia kenyang pujian. rasanya seluruh orang yang hadir di perhelatan malam ini telah menghujaninya dengan kata-kata baik yang membuatnya tersanjung.

sembari menghela napas, dew melepaskan kancing di jas putihnya, ia meninggalkan hall dan menuju backstage, ruang tunggu tempatnya bersiap-siap. namun, sebelum membuka tirai yang menghalangi jalannya masuk, samar-samar telinganya menangkap suara dari dalam ruangan tersebut.

thank you for the hard work,

you too,

i may not have said this before, but i'm glad i got to know you and achieved all of this with you,” “and dew, of course,

me too, win. you're one of the most incredible people i've ever met. hopefully, we can still face a lot of good things together,” “with dew too, of course.

hah?

dew gak salah denger, kan?

itu barusan suara bright-win, kan? dua partner kerjanya? dua orang yang nggak pernah mau ngobrol hal lain di luar kerjaan? dua orang yang selalu milih diem-dieman kalau dew nggak ada?

dew mengintip dari balik tirai, ia ingin teriak sekarang juga. kedua teman dekatnya itu sedang duduk berhadapan, saling menatap sambil berjabat tangan. ini langka, anjir!

dew membuka tirai, dan tepat sesuai dugaannya, mereka berdua langsung melepaskan jabatan tangannya dan memasang muka datar, seolah tak terjadi apa-apa. “yo, did i miss something?”

“apa?” tanya win datar. “gak ada,”

bright menggelengkan kepala, ia kemudian berusaha mengalihkan pembicaraan, “udah selesai ngobrol sama yang lain? any offers?”

dew mengambil sofa di antara mereka berdua, ia melepaskan jasnya dan membuka sebotol air. “banyak, sih. tapi ya masih in a casual talk aja. gue bilang, kalo mau serius, silahkan dateng ke kantor,”

“good thing,” jawab bright. win di seberang mengangguk setuju.

“anyway,” dew selesai menegak airnya, “congrats for us? i think?” ia merangkul kedua laki-laki di sebelahnya. “forbes, bro! 30 under 30!”

“never in my wildest dreams,” ucap win. “thanks, dew. kalo bukan karena lo waktu itu, gue gak mungkin ada disini,”

“second that,” bright menimpali. “it's all thanks to you, dew,”

“gak, gak, gak,” dew menepuk-nepuk pundak bright dan win, “it's all thanks to us, we made it happen, together.” ia kemudian mengeratkan pelukannya, “so, what's next, guys? unicorn? decacorn?”

“let's keep going 'till hectocorn,” ucap win, ia melirik dew dan bright dengan tatapan optimis.

“siapa takuut?! let's gooooo!”

and soulmates can come in the form of friends, too. the way they stood there pretending to just be friends when all the while everyone in the room could plainly see that they are only existing for each other.