epilogue

suara tetesan air hujan masih terdengar beradu dengan atap bangunan. bright membuka gorden jendela kamar win, ia kemudian menoleh pada si empunya ruangan dan berkata, “masih deres, nih, win.”

“yaudah, di rumah aja, ya?”

“oke,”

bright kemudian berjalan menuju dapur kecil di ujung ruangan, ia mulai membongkar perabotan yang ada disana, sementara win memperhatikan tingkah laki-laki dua puluh tujuh tahun itu dari sofa depan televisi, “mas, kamu ngapain?”

“hm?” bright muncul sembari membawa sebuah panci di tangannya, ia meringis, melihat bright yang membawa perkakas memasak, win langsung refleks bangkit dan bersiap menghentikan pacarnya itu, “stop. stop disitu. jangan kamu sentuh kompor aku ya, bisa-bisa meledak ini satu kosan.”

“ya tapi mas laper, win.”

“sini aku aja yang masak!”

win langsung merebut panci yang dipegang bright, kemudian mendorong laki-laki itu agar menjauhi kompor. win tahu skill memasak yang dimiliki bright adalah minus, cenderung kosong bahkan. entah sudah berapa kali aroma gosong menguap di udara, atau hambarnya masakan hasil karya bright yang win tahu. yang jelas, setelah membuat listrik kosannya konslet sebulan yan lalu gara-gara bright salah menyalakan oven, win tidak mengijinkan pacarnya itu menyentuh dapur lagi.

“tapi mas bisaaa, win.”

“bisa bikin konslet, iya.” win membuka kulkas, memunggungi bright, mencari bahan masakan yang ia bisa olah menjadi makanan.

“yaudah kamu yang masak, mas yang ambilin bahan-bahannya. gak harmful kan kalo gitu?” ucap bright, ia menarik-narik lengan baju win.

“ya udaaah,” win akhirnya mengalah, ia membiarkan bright mengeluarkan bahan-bahan masakan dari kulkas sesuai resep yang ia pilih.

ya, hari libur di masa pacaran mereka, kurang lebih isinya, kayak gini, lah.

awalnya hari ini mereka berdua janjian mau nyobain restoran ramen yang baru buka. tapi sialnya, sejak pagi jakarta di guyur hujan dan tidak berhenti sampai sekarang. malas keluar karena terlanjur nyaman di kasur dan males bermacet-macetan, akhirnya mereka berdua memutuskan di rumah saja.

baik win maupun bright sama sekali tidak masalah rencananya hari ini gagal karena hujan. toh akhirnya, mereka tetap menghabiskan waktu berdua. di dalam ataupun di luar rumah, sebenarnya sama saja.

kalau lagi berduaan sama bright gini, win suka ingat-ingat ke hari pertama mereka ketemu. di nikahan salah satu rekan kerjanya, yang ternyata mempersunting atasan bright. mereka ketemu di belakang meja katering waktu prosesi lempar bunga, karena sama-sama belum mau nikah, waktu itu.

lucunya, dua hari setelah acara, mereka bertemu lagi di kantor win. bright yang sedang melakukan visit, tak sengaja berpapasan dengan win yang baru saja olahraga sore di basement kantor. karena sebelumnya belum sempat bertukar nama, mereka berdua akhirnya duduk berdua dan mengobrol di coffee shop depan kantor win sambil menunggu macet sore agak terurai.

setelah itu, semuanya mengalir apa adanya dan keduanya semakin dekat. setelah bertukar nomor ponsel, bright dan win semakin intens berkomunikasi, sesekali bertemu saat jam lunch atau setelah jam kantor selesai. sekitar tiga bulan setelah pertemuan kedua, mereka memutuskan untuk berpacaran.

masih lucu, bagi win. sebelumnya, ia tidak pernah membuka hati dengan seseorang secepat ini. apalagi bright adalah completely stranger, orang yang belum pernah ia tahu dari siapapun sebelumnya. win yang sebelumnya sok-sokan jadi cowo independent, merasa gak butuh bantuan siapapun karena ia biasa sendiri, akhirnya luluh juga setelah ketemu laki-laki yang suka ngacak-ngacak ujung kepalanya setiap ketemu. percaya deh sekarang sama ucapan yang diacak-acak rambut, yang berantakan hati!

buat bright, mengenal win juga membuatnya akhirnya bisa kembali membuka jalan untuk berani menjalin hubungan baru. presensi win yang tiba-tiba muncul dan membekas pada pandangan pertama, membuat bright mau menerima kehadiran orang baru lagi di hidupnya setelah single hampir lima tahun.

setelah win, datang ke kondangan rasanya lebih menyenangkan. bukan hanya karena sekarang sudah ada seseorang untuk digandeng, tapi bright juga merasa punya teman untuk mengometari katering nikahan, memikirkan berapa biaya dekor yang dihabiskan, dan, bisa ikut rebutan di prosesi ritual lempar bunga, tentunya.

selama ini mereka berdua belum ada yang berhasil dapet, sih. makanya belum nikah-nikah. tapi bright santai saja, win juga tidak terlalu buru-buru. mereka berdua masih sama-sama nyaman mengejar karir dan menikmati hidup tanpa dibebani cicilan rumah.

“mas, udah, nih.”

win membawa sepiring pasta, harumnya memenuhi seluruh kamar, bright yang sedari tadi menunggu dengan perut keroncongan, menyambut piring yang dibawa win dengan semangat.

“eits, main makan aja. makasihnya mana?” win menarik kembali piringnya, ia lalu mencondongkan tubuh, menepuk pipi sebelah kanannya dengan satu jari, “makasih sama aku dulu,”

bright tertawa melihat tingkah win yang manja. sedikit tidak percaya jika laki-laki di hadapannya ini adalah laki-laki yang sama yang membuatnya rela menyetir bolak-balik jakarta-bandung dalam satu hari yang sama hanya untuk mengajaknya berpacaran.

“kita baru kenal 3 bulan, mas?”

“ya emang kenapa? aku udah naksir kok,”

“kamu yakin nggak cuma penasaran sama aku?”

“kalo aku cuma penasaran kenapa aku sampe nyamperin kamu ke bandung, win? aku nanti ada meeting lagi sama klien jam 7 malem. aku bilang ke kamu sekarang soalnya kalo aku nunggu selesai meeting, aku nggak tahu jam 10 malem nanti aku bakal masih naksir kamu apa enggak,

“maksudnya apa, sih?”

“ya aku maunya kamu jawab sekarang,”

“kalo nggak mau?”

yaudah. aku balik ke jakarta sekarang. yang penting aku udah ngomong ke kamu kalo aku serius,”

mas,”

hm?

kalo aku jawabnya nanti 00:00, kira-kira kamu masih naksir aku, gak?

kenapa 00:00?

soalnya besok tanggal cantik, 10.10. mau jadian pas tanggal cantik,

ya ampun....

sekelebat ingatan tentang bagaimana ia dan win memulai hubungan muncul di pikiran bright, ia tersenyum kecil kemudian mendekati pipi win dan mendaratkan sebuah kecupan disana.

“makasih ya, sayang akuuuu.”

win senyum-senyum. telinganya sudah merah tapi ia berusaha untuk tetap terlihat cool. “mau disuapin, gak?”

“mau, lah.”

“kalo gitu satu lagi,” kali ini win menunjuk pipi kirinya.

sadar dirinya sedang digoda, bright mendekatkan wajahnya ke wajah yang lebih muda, tepat sebelum menyentuh pipi kiri win, ia malah menggeser bibirnya dan mengecup bibir win.

“mas!” win refleks mendorong bright ke belakang karena kaget. bright tetawa, “apa? udah tuh sekalian di bibir. jadi aku boleh makan, gak? atau kamu aja yang aku makan?”

“gak!” win membalas cepat, ia merengut dan langsung memberikan piringnya pada bright, “besok aku mau pitching sama klien, jangan aneh-aneh kita malem ini,”

“yang mau aneh-aneh juga siapaaaa,” bright mencibir, ia kemudian mulai menyendok pasta di piringnya, “kamu mau?”

“mau, lah!”

“satu dulu,” gantian, bright yang menunjuk bibirnya, win cemberut dan memukul lengan bright, “kamu mah! aku yang masak, loh!”

“ih, masa kamu doang yang dapet cium? aku enggak?”

win memutar mata, kemudian ia menghujani pipi bright dengan kecupan dari segala sisi. sambil membetulkan letak kacamatanya, ia menatap bright, “puas?”

“muach,” bright membalas, kemudian ia menyodorkan sesendok pasta ke mulut win, “aaaaaaaaa,”

kadang-kadang kita memang gak perlu mencari. ada beberapa hal di dunia yang bakal datang dengan sendirinya ke kita, jika sudah waktunya. dan yang bisa lakukan cuma menerima. menerima baik buruknya, kurang lebihnya, sedih senangnya. apapun yang sudah digariskan oleh takdir, yakin aja, apa yang diberikan semesta untuk kita, itu pasti yang terbaik.