Pertemuan Pertama

Langkah kaki Gema tergesa, buru-buru menuju halaman sebuah Taman Kanak-Kanak dan Penitipan anak yang sudah sepi. Matanya memendar untuk mencari seseorang yang seharusnya sudah ia jemput sejak tadi. Rasa bersalah dan khawatir seolah membayangi tiap langkah yang ia buat karena matanya tidak juga menemukan sosok yang dicari.

“Om Gema!” Tiba-tiba saja terdengar suara yang tidak asing, disusul pula suara lari dari kaki kecil dan bunyi tas yang berguncang karena loncatan dari larian yang dibuat. Gadis cilik dengan tas merah muda di gendongannya itu berlari kencang pada sosok Gema, keluar dari sebuah ruangan yang ada di sana. Begitu sampai, bocah cantik dengan kuncir lucu itu memeluk orang yang memang sudah dinanti sejak tadi.

“Bella, maaf lama, kamu nggak nangis, 'kan? Maaf, ya, maaf banget.” Gema mengusap rambut Bella, lalu langsung menggendong anak itu sebagai permintaan maaf. Lantas tatapannya teralih pada sosok guru yang sudah berdiri tidak jauh dari tempatnya sekarang, memastikan pemuda yang memang mengikuti langkah Bella, sejenak tertegun sebelum menyapa, “Pak Dalu, ya?”

Memang ia tahu jika yang menunggu datang bukan hanya keponakannya, tapi juga guru dari keponakannya itu. Ia tahu jika nama wali kelas yang menemani Bella bernama Dalu, juga telah melihat wajahnya di profil kontak, namun Gema masih sejenak terpana saat melihat sosok Dalu secara langsung. Pemuda yang disapa Dalu pun mengangguk pelan dan tersenyum lembut saat ditanyai namanya, terlihat ekspresi lega karena akhirnya muridnya telah dijemput oleh sang wali. “Bella kelihatan murung setelah temannya pulang semua, tapi saya ajak mengobrol supaya tidak sedih. Kami bercerita banyak, jadi Bella sama sekali tidak rewel.”

Astaga, Gema langsung memekik keras di kepala hingga hatinya ikut mendengar, mendadak sama kelabakan karena situasi tidak terduga yang dihadapi kini membuatnya sejenak hilang arah. Kenapa suara dan tatapan seorang guru TK bisa semanis ini? Ucapannya lugas seperti anak kecil yang jujur dan terus terang, namun dengan nada dewasa yang membuatnya merasa seperti ditenangkan. Gema seolah menemukan rasa asing yang membuat dadanya berdegup gugup. Pemuda yang bernama Dalu itu terlihat sangat tampan dan perlu dipatuhi, tapi juga ramah dan begitu hangat. Jika Bella sampai tidak menangis hanya karena mengobrol, sepertinya ia pun kini kehilangan rasa lelahnya karena ada senyuman cerah yang menyapa.

“Om, ayo pulang!” Suara nyaring anak kecil memecah keterpesonaan Gema, membuat ia kembali tersadar dari dunianya dan kehilangan serangkaian bunga yang sempat seolah mengelilingi sosok Dalu. Sepertinya ia sungguhan setengah berkhayal.

“Iya, Pak Gema. Silakan pulang, sudah hampir maghrib, pasti Bella sudah kelelahan dan ingin segera mandi. Ya, 'kan?” ujar Dalu sambil mendekat, menyerahkan tas tempat makan Bella yang memang sejak tadi masih dipegang pada Gema. “Hari ini Bella makan sampai habis, jadi tidak terlalu rewel. Anak-anak memang kalau kenyang jadi lebih penurut, Pak.” Dalu menjelaskan, lalu mengalihkan pandangannya pada Bella sebelum melanjutkan ucapan, “sampai ketemu lagi, Bella. Besok main lagi bareng teman-teman, ya.”

Gema sempat terdiam, masih memproses tiap ucapan Dalu setelah tadi sempat menyentuh jemari Si Guru. Hampir saja ia menyeletuk bagaimana jari Dalu terasa lembut, namun masih sempat ia telan sebelum diucapkan, khawatir justru jadi celetukan tidak sopan.

“Sampai ketemu lagi, Pak Dalu,” ujar Gema pada akhirnya, mencoba menghilangkan kegugupan yang dirasakan dan bermaksud untuk tidak mengabaikan ucapan Dalu. Setelah menyampaikan sampai jumpa, Gema pun melangkah menuju mobilnya sambil membawa Bella dalam gendongan.

“Pak Dalu, dadah! Pak Dalu, ketemu lagi besok!” Bella berseru saat akhirnya ia berlalu dalam gendongan Gema yang berusaha untuk tidak bertingkah norak karena bertemu dengan seseorang yang membuatnya menemukan kenyataan bahwa ia tertarik dalam sekali tatap.

Pada hari itu juga, ia sungguh-sungguh berterima kasih akan kehadiran Bella dalam hidupnya, juga kesibukan orang di rumah yang memaksanya jadi wali bagi Bella dalam waktu seminggu ke depan. Mulai hari ini, ia bersumpah, jika ia dimintai mengantar atau menjemput Bella lebih dari seminggu, ia akan langsung mengatakan iya tanpa rasa ragu.


© 2022, Kamelia and SHO.