[Seri Krisis Eksistensial] Sebuah Dunia di Mana Aku Lebih Bahagia

Kadang aku berpikir, adakah sebuah dunia di mana diriku merasakan kebahagiaan?

Ku menutup mataku saat malam, lalu saat itulah aku menjalani kehidupanku yang bahagia.

Sebuah kebahagiaan yang semu, sebuah kebahagiaan yang entah ada atau tidak.

Kapan terakhir kali diriku merasakan kebahagiaan?

Sebuah keinginan untuk merasakan kehidupan yang tenang bersama seseorang yang benar-benar mengerti diriku. Sebuah keinginan untuk hidup bahagia bersama orang yang aku cintai.

Aku ingin seseorang bisa memahami diriku sepenuhnya. Seseorang yang sama sekali tidak berpikir bahwa aku berbeda. Seseorang yang bisa membuatku nyaman dengan keanehan diriku sendiri.

Setiap mataku terpejam, aku selalu merasakan kehidupan yang bahagia.

Aku ingin seseorang yang mencintaiku sepenuhnya, bukan mencintai versi terbaik dari diriku, bukan versi diriku yang mereka inginkan. Namun, versi diriku yang tidak perlu menyembunyikan jati diriku.

Aku ingin dimengerti.

-

Pernah suatu ketika keponakaknku bertanya kepadaku, ia bilang bahwa ini merupakan tugas yang ia dapatkan dari sekolah.

Ia bertanya, “Pengalaman paling membahagiakan apa dalam hidupmu?” Saat itulah aku menyadari bahwa diriku tidak pernah bahagia.

Aku kesulitan menjawabnya, sehingga aku hanya mengatakan tidak tahu atau 'tidak ingat'. Sedikit sesak ketika aku mengingatnya.

-

Aku tidak merasakan begitu banyak kesedihan dalam hidupku, tidak ada kebahagiaan dalam hidupku, mungkin hanya “rasa senang” yang ada. Bukan kebahagiaan yang sejati.

Apakah mendapatkan gadget baru merupakan kebahagiaan? Bukan, itu hanya rasa senang.

Apakah lulus dengan nilai tinggi merupakan kebahagiaan? Juga bukan, itu hanya rasa senang.

-

Hidupku bagaikan air putih, tidak ada sedih dan bahagia.

Ini hanyalah sebuah celotehan di malam hari, di mana hatiku tiba-tiba merasakan sesak ketika mengingat kosongnya kisah hidupku.