case-vineyard

Halo, untuk teman-teman yang membaca postingan ini dari paper.wf, ataupun melalui federasi activity pub, pun melalui RSS, ada berita baru dari saya. Mulai hari ini, akun ini sudah tidak digunakan lagi. Kenapa begitu?

Memiliki platform sendiri adalah cita-cita saya dari lama. Menulis di tempat yang saya ketahui seluk-beluknya memberikan rasa aman dan nyaman kepada saya. Jika suatu saat aplikasi saya mati, saya tau penyebabnya. Selain itu, saya ingin membuat lebih banyak tulisan dalam aneka format. Karena saat ini saya sedang menumpang di platform milik orang lain, pastinya ada keterbatasan akan hal itu. Sehingga ketika saya memiliki platform saya sendiri, saya tidak memiliki keterbatasan terkait akun ataupun blog yang saya miliki.

Rumah baru ini dapat diakses di https://blog.fbrns.co. Karena domain .co ini cukup mahal, jadi saya berencana untuk memanfaatkannya saja alih-alih membeli domain baru untuk setiap aplikasi yang saya miliki. Pun ketika beli baru, saya harus pastikan biayanya di bawah 5 USD per tahun, atau saya putuskan untuk manfaatkan subdomain saja.

Blog Fbrns masih menggunakan writefreely, namun dia tidak terfederasi dengan instance manapun. Jadi jika kamu ingin mengikuti tulisan-tulisan yang ada di sana, silahkan gunakan RSS ya! Dan jika kamu ingin memiliki akun disini, jangan segan untuk minta akses melalui [email protected].

Terima kasih

Tak terasa sudah hampir sebulan sejak terakhir menulis. Entah kenapa secara tidak sengaja topik yang dibahas juga masih cukup berkaitan. Jika sebelumnya membahas mengenai kesiapan untuk mati, kali ini membahas mengenai pertolongan. Tulisan ini dubat sebagai refleksi dan ekspresi diri, menyampaikan pengalaman penulis dalam susahnya mencari pertolongan.

Belakangan ini saya berupaya untuk mencari pertolongan. Saya merasa tidak nyaman dengan kehidupan saya. Namun saya juga tidak memiliki jawaban mengenai bagaimana keluar dari kondisi yang saya alami. Yang saat ini saya alami adalah jika saya tetap melanjutkan apa yang saya lakukan, itu mungkin saya akan menderita dalam waktu dekat. Namun jika saya berubah, mungkin saya terlepas dari penderitaan dalam waktu dekat, tapi saya akan mendapati penderitaan lain dalam beberapa waktu kedepan. Kondisi dan pilihan yang sangat membingungkan untuk saya.

Usaha awal yang saya lakukan adalah memberitahu pasangan saya. Mungkin lebih tepatnya adalah pasangan saya yang menyadarkan saya bahwa saya butuh pertolongan. Begitu diajak untuk menggali perasaan dan pikiran saya, saya menemukan titik-titik ketidaknyamanan saya. Darisana saya mulai untuk mencari jawabannya sendiri. Namun naas, saya berada pada suatu dilema yang membuat saya kesulitan untuk mencari jawaban sendiri. Pun pasangan saya juga tidak dapat banyak membantu saya karena mungkin ini juga bukan bidang yang dia ketahui secara detail.

Setelah saya dan pasangan saya sama-sama tidak dapat menemukan solusi atau jalan tengah, saya putuskan untuk mulai approach teman-teman saya. Salah seorang adalah senior yang memang sudah bekerja di luar negeri secara remote sejak lama. Dan seorang lagi adalah seorang recruiter yang memiliki bisnis agency recruitment sendiri. Namun hingga hari ini yang baru membalas hanya senior saya saja.

Berbincang dengan Senior

Perbincangan dengan senior sebetulnya tidak membahas mengenai masalah saya. Karena, kami percaya bahwa membahas masalah itu suatu hal yang kurang bermanfaat. Lebih baik pembahasaan langsung ke solusi-solusi yang bisa diambil dan dilakukan. Senior saya memberikan begitu banyak pengetahuan, pengalaman, dan resource yang dia miliki untuk bisa saya manfaatkan. Saya sangat berterima kasih karena saya mendapatkan banyak hal, namun sayangnya saya belum dapat memanfaatkan pemberian beliau tersebut karena permasalahan yang saya hadapi.

Waktu, energi, dan emosi adalah 3 hal utama yang menurut saya ada di kehidupan kita sehari-hari. Waktu yang dimiliki orang setiap harinya sama, yang berbeda adalah cara orang memanfaatkannya. Terkadang kita memiliki waktu, tetapi energi dan emosi kita tidak dapat memanfaatkan waktu tersebut. Terkadang energi dan emosi kita siap, namun justru waktunya yang tidak tersedia. Ini menjadi permasalahan seperti kucing yang berusaha menangkap ekornya.

Dari suatu masalah ini, sebetulnya bisa dipecah menjadi beberapa hal. Salah satunya mungkin sudah terjawab dengan bantuan senior saya. Jawaban dari senior saya itu membutuhkan peran saya sendiri untuk melanjutkan proses pembelajaran. Sedangkan karena permasalahan waktu, energi, dan emosi, kini saya terjebak sehingga tidak dapat melanjutkan petuah dari senior saya.

Karena adanya permasalahan baru ini, kini saya pun kembali bimbang. Dan saya juga kebingungan kepada siapa saya bertanya atau meminta tolong perihal hal ini. Mungkin ini waktunya untuk datang ke profesional?

Sampai jumpa di tulisan berikutnya

Entah kapan tepatnya pertama kali pikiran ini muncul di benak penulis. Jika hari ini adalah hari terakhir penulis hidup, maka apa yang penulis pikirkan?

Ketakutan

Hal pertama yang penulis ingat pada saat penulis mengkhawatirkan tentang hari esok, penulis sangat ketakutan. Bahkan ketakutan itu membuat penulis tidak bisa berpikir tenang, tidak bisa tidur, dan mengalami mimpi buruk selama tidur, dan tidur yang terus menerus terbangun sendiri. Itu mungkin kali pertama penulis merasakan hal ini, dan penulis sama sekali tidak siap jika memang hari ini menjadi hari terakhir penulis untuk hidup.

Tindakan

Setelah pertama kalinya mengalami ketakutan yang cukup ekstrim, penulis mulai mempertanyakan tujuan hidup penulis sendiri. Pada saat itu, usia yang baru saja selesai dari bangku kuliah, sedang berapi-api dengan karir, justru dihadapkan dengan fakta bahwa dunia karir tak seindah itu. Penulis kemudian menyadari bahwa tidak ada gunanya bagi penulis untuk mempertahankan atau memperjuangkan karir yang tidak penulis sukai, yang penulis sendiri menderita dalam menjalaninya. Meskipun penulis tahu, suatu saat nanti, penderitaan ini mungkin akan memberikan sebuah hasil yang baik. Tetapi proses atau perjalanan yang harus dilalui tidak sebanding dengan hasil yang baru bisa dipetik bertahun-tahun kemudian.

Penulis mulai mempertanyakan perjalanan karir, apakah harus selalu terjal? Jika memang begitu, dan ternyata banyak juga yang mengalami, penulis pada saat itu memutuskan untuk tidak mau berlomba dalam karir lagi. Perlombaan dalam berkarir bukan untuk penulis yang menikmati perjalanan hari-demi hari, alih-alih menantikan hasil yang besar di akhir hari.

3 Tahun Silam

Setelah mengalami ketakutan ekstrim tadi, dan mulai mencoba tindakan-tindakan yang diperlukan. Ternyata penulis sempat mengalami kembali keadaan “Jika hari ini aku mati”. Namun berbeda dengan sebelumnya, penulis masih bisa menenangkan pikiran, tidur dengan cukup, dan mengurangi keburukan mimpi selama tidur. Bagaimana 3 tahun silam bisa begitu berbeda?

Berangkat-Kerja-Pulang-Gajian

Catatan penulis, bagian ini tidak untuk semua orang. Tiap orang memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda terharap kondisi mereka. Penulis termasuk yang bertanggung jawab untuk diri penulis sendiri. Gaji yang diterima oleh penulis, hanya perlu digunakan untuk memenuhi kebutuhan penulis saja.

Berbeda dengan beberapa orang di sekitar penulis, ada yang gaji mereka harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Entah ini hal yang perlu disyukuri atau bukan. Tetapi hal ini jutru membuat penulis pada saat itu merasa, buat apa bekerja lalu mendapatkan gaji, jika uang itu juga tidak dibutuhkan? Tapi bukan berarti penulis ingin mengurangi gaji yang diterima dari perusahaan, karena itu dapat membuat penulis terlihat tidak profesional dengan menurunkan harga penulis. Sehingga hal itu membuat penulis berpikir hal yang lain, mungkin uangnya bisa digunakan oleh orang lain yang membutuhkan.

Awal Mula Bantuan Finansial

Penulis bersyukur pada saat kecil, kebutuhan penulis selalu terpenuhi. Baik itu kebutuhan primer maupun sekunder, namun tidak selalu untuk tersier. Pada saat beranjak dewasa, penulis pun memenuhi kebutuhan primer dan sekuder penulis sendiri dengan cukup. Namun di luar sana masih ada orang yang kebutuhan sekunder ataupun primer pun belum tercukupi. Sehingga itu membuat penulis menemukan salah satu tujuan hidup, mungkin penulis dapat membantu orang lain.

Masih banyak orang yang membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pun orang-orang yang membutuhkan kebutuhan primer masih banyak sekali. Dapat dilihat dengan mudah bagaimana beberapa orang masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan mereka. Penulis sempat ingin untuk berkontribusi pada rumah makan gratis, namun biaya yang dibutuhkan cukup besar, sehingga penulis mengurungkan niat.

Kemudian penulis memfokuskan diri pada kebutuhan sekunder, yakni pendidikan. Bagi penulis, pendidikan sangat penting. Pendidikan bukan hanya pendidikan formal saja, namun juga pendidikan informal. Penulis sendiri cukup banyak belajar melalui pendidikan informal. Namun penulis melihat masih banyak orang yang butuh pendidikan informal, namun tidak sanggup untuk membayar biaya yang diperlukan. Sehingga disinilah penulis mulai menyisihkan sebagian gaji yang penulis terima, agar orang lain terpenuhi kebutuhan sekunder mereka untuk mendapatkan pendidikan yang mereka inginkan.

Jika Hari Ini Mati

Jika hari ini mati, penulis mungkin akan kehilangan banyak sekali mimpi yang ingin diwujudkan. Seperti membahagiakan orang tua dan saudara, menikah, memiliki anak dan keturunan, memiliki bisnis atau mimpi-mimpi yang lain. Namun bagi penulis, mimpi-mimpi tadi sebetulnya adalah mimpi-mimpi yang perjalanannya cukup panjang. Mungkin suatu saat jika penulis meyakini bisa mewujudkan mimpi-mimpi tersebut, namun ternyata tidak terwujud, mungkin di alam kubur penulis akan mengomel tiada henti.

Namun penulis menyadari, hidup ini ada untuk kita jalani dengan sebaik-baiknya yang bisa kita lakukan di hari ini. Dan penulis merasa, hari ini penulis sudah berjuang sekuat tenaga yang penulis lakukan, tanpa mengurangi nilai-nilai keagamaan. Jadi, seandainya ini adalah hari terakhir bagi penulis, semoga penulis bisa ikhlas menerimanya. Semoga pembaca juga bisa ikhlas menerima bahwa penulis telah dipanggil, dan telah menjalani hidup sebaik-baiknya yang penulis telah usahakan.

Tulisan ini semoga bisa menjadi pengingat bagi penulis sendiri. Terima kasih telah membaca.

Siang ini cukup terpukul mendengar kabar bahwa Sayuri meninggal dunia. Siapa sangka, setelah mendengar kabar tentang graduation seorang vtuber, kini datang berita duka dari penyanyi yang disukai.

Tulisan kali ini bertujuan sebagai wadah untuk penulis bernostalgia dan mengenalkan karya-karya Sayuri ke khalayak umum.

Sebuah catatan kecil kepada pembaca, bahwa penulis bukanlah penggemar berat, sehingga informasi yang dituliskan disini sepenuhnya adalah berdasarkan pengalaman tanpa riset mendasar. Mohon untuk dimaklumi, terima kasih.

Pakaian yang Khas dan Unik

Sayuri sering kali terlihat berpenampilan seperti mengenakan jaket yang serupa juga seperti jas hujan. Yang sering terlihat adalah jaket yang berwarna biru, seperti menjadi warna khas miliknya.

Pembaca dapat dengan mudah untuk melihat pakaian tersebut ketika mencari Music Video (MV) dari Sayuri di tempat streaming video yang dikenal.

Penulis berharap suatu saat, entah dimana, penulis menemukan orang yang menggunakan pakaian yang serupa dengan Sayuri. Sehingga penulis bisa teringat kembali dengan Sayuri dan karya-karyanya yang telah mengisi hari-hari penulis di saat gelap.

Kolaborasi dengan My First Story yang apik

My First Story, jika orang belum pernah mendengar band ini, coba sekilas dengarkan, mungkin akan sulit untuk membedakan dengan One Ok Rock. Kedua band ini sekilas memiliki ciri khas yang cukup mirip.

Pada lagu kolaborasi antara Sayuri dengan My First Story ini, menurutku kedua penyanyi ini sangat cocok dan saling melengkapi untuk jenis lagu yang mereka nyanyikan. Sulit untuk menjelaskan, namun termasuk tipe lagu yang membuat kita semangat berapi-api.

Kamu bisa tonton di Youtube ataupun di Invidious

Pengisi Lagu di Anime Favorit: Yesterday wo Utatte / Sing Yesterday for Me

Rasanya tidak banyak orang lain menyebut anime ini, tapi anime ini adalah anime random yang saya tonton di era pandemi April 2020 di Channel Youtube Ani-One.

Anime ini bercerita tentang kehidupan seseorang setelah lulus kuliah, yang justru bekerja part-time sebagai penjaga toko. Pada saat itu, anime ini justru bagus bagi saya, karena tidak jarang anime yang bercerita tentang MC yang sudah berumur. Saya semacam berkaca dengan diri sendiri, apakah seperti ini kehidupan saya di kacamata orang lain?

Sayuri mendapatkan kesempatan untuk mengisi lagu di ENDING kedua dari anime ini. Dengan MV yang cukup unik juga, pada saat itu saya bisa langsung menebak bahwa ini adalah Sayuri. Karena dia memiliki suara yang khas sebagai penyanyi jepang menurut telinga saya.

Sedikit trivia, Sing Yesterday for Me meski rilis animasi pada tahun 2020, sebenarnya manga telah rilis sejak 1997. Saya iseng coba membaca manga jepangnya karena saya suka ceritanya, tetapi benar-benar khas manga jaman dulu, sangat berbeda dengan style manga jaman sekarang.

Penutupan

Saya yakin, masihi banyak karya Sayuri yang lain. Semoga karya-karya yang beliau ciptakan semasa hidup, bisa membantu siapapun yang membutuhkan.

Sampai jalan Sayuri, terima kasih banyak atas lagu-lagu yang telah engkau ciptakan. Siapa sangka, usia kita tidak jauh berbeda.

CEX 

CEX atau Centralized Exchange, semacam platform untuk jual-beli asset crypto. Di Indonesia sendiri ada beberapa platform atau aplikasi yang menyediakan jual-beli crypto, namun keempat nama di bawah inilah yang sudah terdaftar di bappeti sebagai PFAK atau Pedagang Fisik Aset Krpto.

Catatan ini ditulis untuk kebutuhan pribadi dalam melakukan benchmarking, memilih platform mana yang sebaiknya saya sendiri gunakan. Mungkin pembaca memiliki kebutuhan yang berbeda, dan itu tidak apa-apa.

Fitur Umum

Name Trading Fee USDT Pair Mobile app Web app US Stock Indo Stock Mutual Fund
Pluang 0.1% – 0.15% No? Yes Yes Yes No Yes
Tokocrypto 0.1% Yes Yes Yes No No No
Ajaib 0,111% – 0,222% Yes Yes Yes? No Yes Yes
Pintu Free No? Yes Yes No No No

Trading Fee

Trading Fee adalah biaya yang dibebankan setiap kali kita membeli atau menjual aset kripto melalui platform tersebut.

USDT Pair

Dalam kasus ini berarti jual-beli menggunakan USDT atau US Dollar, alih-alih menggunakan IDR atau Rupiah.

Mobile App

Ketersediaan aplikasi mobile

Web app

Ketersediaan web untuk diakses dan dapat melakukan jual-beli melalui website

US Stock

Apakah platform tersebut juga menjual Saham US

Indo Stock

Apakah platform tersebut juga menjual Saham Indonesia

Mutual Fund

Apakah platform tersebut juga menjual Reksadana

Bagi saya pribadi, jika saya fokus hanya mencari platform atau aplikasi untuk jual-beli kripto, pertimbangan yang saya lihat adalah: 1. Trading Fee kecil 2. Tersedia USDT Pair, karena saya pusing kalau melihat market yang menggunakan US Dollar sedangkan transaksi trading menggunakan Rupiah sehingga harus konversi dulu dalam kepala saya 3. Ketersediaan Mobile App dan Web App, sehingga saya bisa akses dimana saja melalui mobile tetapi juga saya bisa akses melalui desktop dengan web app

Namun jika saya tidak hanya mencari asset crypto, pasti pertimbangan saya adalah ketersediaan setidaknya Indo Stock dan Mutual Fund.

Fee

Name Maker Fees Taker Fees Fees Discount Tax Tax USDT Deposit Fee Withdraw Fee Withdraw USDT Withdraw BTC Withdraw ETH
Pluang 0.1000% 0.1500% 25% 0.1432% same? BCA free, VA >= free or 3k, E-wallet 1.5% Free once a month, then 4.5k each withdrawal Rp2k-255k Rp8k-40k Rp8k-Rp59k
Tokocrypto 0.1000% 0.1000% 0% 0.1100% IDR-Crypto, 0.1000% Crypto-IDR 0.2100% free? start from Rp900 or 2k 0 – 8 USDT 0.000009 – 0.0005 BTC 0.00001 – 0.0022 ETH
Ajaib 0.1110% 0.2220% 0% 0.1300% 0.2300% ? ? ? ? ?
Pintu Free 0.15% 0% 0.11% buy, 0.1% sell, cfx 0.02 none Free Rp4.500 can be free with PTU stacking Rp1.9k – Rp76k Rp95k Rp2k – Rp12k

Dalam CEX biasanya ada beberapa biaya yang perlu diperhatikan, yakni

Maker Fees

Biaya ketika jual beli kripto dan kitalah yang memasang harga

Taker fees

Biaya ketika jual beli kripto dan kita menggunakan harga yang sudah terpasang, umumnya dibebankan pada saat menggunakan fitur market order, yakni jual-beli mengikuti harga pasar

Fees discount

Hal ini baru ada di Pluang saja, intinya ada diskon yg diaplikasikan pada Maker dan Taker fees

Tax

Pajak, siapa yang tidak tahu pajak? Pajak disini sudah jadi satu dengan biaya lain, seperti biaya pihak ketiga

Tax USDT

Jika platform menyediakan jual-beli menggunakan USDT atau US Dollar, biasanya pajak yang dikenakan lebih tinggi

Deposit Fee

Biaya yang dikeluarkan untuk topup ke platform

Withdraw Fee

Biaya yang dikenakan untuk menarik uang ke rekening kita

Withdraw USDT / BTC / ETH

Biaya yang dikenakan untuk menarik uang US Dollar / BTC / ETH ke wallet crypto kita

Semoga bermanfaat

Mungkin pembaca akrab dengan “diary” atau “weekly notes”, tulisan yang memang ditujukan untuk ditulis atau dipublikasikan tiap hari atau tiap minggu. Untuk seseorang yang tidak biasa menulis dengan format seperti ini, membuat saya menjadi keberatan untuk berkomitmen pada diri sendiri. Sehingga seri ini akan saya sebut sebagai “Tulisan Seketika”, dimana saya tulis ketika saya ingin menulis. Namun harapannya tetap menjadi sebuah tulisan seperti blog, bukan microblogging seperti tweet atau post.

Mungkin itu saja untuk introduction, mari masuk ke “2024/09/20”

2024/09/20

Hiatus dari Microblogging

Beberapa waktu lalu, mungkin sekitar 5 hari yang lalu, saya memutuskan untuk hiatus dari kegiatan microblogging di fediverse. Hiatus dari kegiatan microblogging bukan hal yang baru bagi saya, saya cukup sering melakukannya di luar fediverse.

Alasan hiatus ini cukup umum, salah satunya adalah karena saya merasa terlalu kecanduan hingga frekuensi saya akses ke microblogging semakin meningkat. Namun di sisi lain, saya merasa out of space ketika mengakses microblogging. Dua kombinasi yang cukup berbahaya.

Saya bersyukur saya berada di fediverse, saya jarang terlibat dalam suatu perdebatan dibandingkan saat saya masih menggunakan platform lain. Namun tetap saja ada kalanya perdebatan itu terjadi, dan tanpa sadar itu membuat saya lelah meskipun saya berhasil berhenti sebelum terlambat.

Meskipun saya sudah menggunakan identitas “palsu” dan tidak mengaitkan identitas asli saya, namun tetap saja saya merasa cukup personal ketika menggunakan microblogging di fediverse. Aura kekeluargaan namun juga aura gengsi sangat membara. Mungkin ini saatnya saya serius dengan blogging, platform dimana saya bisa secara 1 arah menuangkan pikiran dan perasaan saya tanpa harus terlalu memikirkan hal lain, sengaja ataupun tidak.

Pekerjaan

Belakangan ini pekerjaan semakin padat, saya merasa menjadi kehilangan banyak hal. Waktu dan energi yang biasa saya gunakan misal untuk memasak, bersih-bersih, bersantai tiba-tiba hilang begitu saja. Pun ketika saya paksakan, tetap saja tidak memungkinkan. Saya seakan harus melahap hal-hal yang tidak saya sukai ini. Namun bagaimanapun, saya saat ini tidak punya banyak pilihan. Sehingga hal inilah yang saat ini saya kerjakan.

Saya sempat merasa sangat down dan ketakutan, hal yang pernah saya alami juga selama saya bekerja beberapa waktu silam. Bangun, tidur, dan bekerja adalah aktivitas utama yang saya lakukan sehari-hari. Saya berharap saya bisa melaluinya hingga saya memiliki pilihan untuk melakukan hal yang saya sukai atau tertarik saja.

Investasi

Selain pekerjaan, belakangan ini saya juga semakin giat dalam belajar investasi. Saya bersyukur menemui grup dari salah satu kenalan di fediverse yang ternyata cukup inklusif dan senang berbagi untuk hal-hal terkait investasi. Secara tidak langsung saya jadi belajar banyak, namun saya juga sempatkan untuk mencoba sendiri sehingga saya punya pengalaman atau wadah belajar baru.

Saya berencana untuk lebih serius dalam investasi, karena pada tujuan akhirnya ini berkaitan dengan bagian pekerjaan. Saya ingin memiliki uang yang cukup sehingga saya bisa melakukan aktivitas yang saya mau.

Mungkin sekian untuk seri Tulisan Seketika pada tanggal ini, sampai jumpa di lain kesempatan!

Judul yang cukup ambigu, namun singkatnya begitu. Secara detail, saya pribadi lupa kapan saya membeli HP ini. Ketika saya cek foto terlama di galeri, 2020, rasanya tidak mungkin saya membeli HP di tahun 2020. Saya ingat betul bahwa pada saat saya menggunakan HP ini, suasana kampus masih bukan suasana pandemi. Mari berasumsi bahwa HP ini dibeli pada tahun 2019, maka sudah 5 tahun saya menggunakan HP ini.

Gugur yang saya maksud bukan berarti HP ini tidak bisa digunakan sama sekali. Jika benar gugur yang itu, maka saya akan sangat merasa down karena banyak hal belum saya backup. Namun gugur yang saya maksud adalah, gugur yang ternyata HPnya masih bisa saya gunakan.

Kronologi

Akhir pekan yang tidak jauh berbeda dengan biasanya, menghabiskan waktu dengan berpergian ke luar, bermain dan hangout. Kebetulan memang membawa 2 HP, HP utama dan HP cadangan yang hanya dipakai ketika baterai HP utama habis atau ketika charge. Pada sore hari, tetiba saya tidak bisa masuk ke layar home setelah unlock HP. Layar tetiba jadi freeze begitu saja ketika masuk ke home screen. Namun pada saat layar otomatis terkunci dan berada di lock screen, layar aman aman saja. Hal ini berlangsung terus menerus tanpa henti, dan kemudian saya panik bukan main.

Berasumsi bahwa hal ini disebabkan karena baterai HP yang sisa 20%, saya lekas mencari kabel charger, namun na'as saya lupa membawanya. Kemudian saat saya berupaya untuk matikan HP saya secara paksa dengan menahan tombol lock screen, namun HP tak kunjung mati juga. Satu-satunya harapan adalah menunggu hingga HP kehabisan baterai sendiri. Namun malang, hingga keesokan pagi, baterai baru habis dan bisa dinyalakan kembali.

Upaya untuk Mengabari Orang Terdekat: Menggunakan HP Kedua

Ketika HP jadi tidak bisa digunakan selama lebih dari 12 jam, muncul kekhawatiran selama beberapa jam pertama. Bagaimana cara mengabari orang terdekat bila HP sedang rusak dan supaya mereka tidak panik jika kita tidak dapat mengabari mereka? Pada jaman dahulu, dengan menggunakan warung telepon atau wartel, ataupun telpon umum di jalan, kita bisa mengabari orang di rumah. Namun, bagaimana caranya sekarang? entah.

Yang saya lakukan pada saat saya masih di luar adalah segera menggunakan HP kedua saya untuk coba menghubungi orang terdekat. Namun naas, saya baru saja hapus aplikasi Telegram di HP kedua pada pagi harinya. Sedangkan Telegram sendiri mengirim OTP melalui aplikasi Telegram, bukan melalui nomor seluler.

HP kedua saya memang sengaja saya install aplikasi yang tidak banyak. Seperti ada Conversations untuk komunikasi pada XMPP, namun tidak login pada Email. Sedangkan orang-orang terdekat saya tidak menggunakan XMPP, sehingga cukup mengesalkan juga. Kemudian saya pasrah dan tidak sabar untuk kembali ke tempat tinggal.

Upaya untuk Mengabari Orang Terdekat: Memindahkan SIM Card ke HP Kedua

Ketika HP pertama tak kunjung mati, harapan lain yang bisa saya pikirkan adalah menggunakan laptop dan HP kedua. Ketika saya cek laptop, saya menyadari kalau Whatsapp dan Telegram sudah keluar secara otomatis sehingga saya butuh akses ke SIM Card ataupun aplikasi untuk mendapatkan OTP.

Tanpa pikir panjang, saya segera pindahkan SIM Card dari HP pertama ke HP kedua. Telegram kembali menjadi aplikasi yang menyebalkan. Meskipun saya memiliki akses ke SIM Card, tetap saja Telegram mengirimkan OTP ke aplikasi Telegram pada HP pertama, alih-alih mengirimkan menggunakan SMS. Telegram bukan penyelamat. Kemudian saya coba Whatsapp, dan berhasil, OTP dikirimkan ke SMS sehingga saya bisa masuk. Namun apa yang terjadi? Kontak dan riwayat chat tidak ada. Untuk saya yang kesulitan menghafal nomor handphone, memiliki akses ke Whatsapp tanpa kontak itu hampir menjadi tidak ada gunanya.

Harapan terakhir adalah mencari hal yang bisa dilakukan melalui laptop. Saya segera buka Thunderbird kemudian cari di history alamat email orang terdekat apakah ada berdasarkan pencarian nama. Kemudian saya menemukan dan segera mengirim email. Namun agak kecil harapan juga bahwa email segera dicek, jadi saya kemudian cari alternatif lain. Saya menemukan email notion yang berada 1 workspace dengan orang terdekat saya, kemudian saya segera notify dia melalui Notion, namun masih belum ada kabar juga. Kemudian saya coba untuk login ke akun Google saya, kemudian gunakan fitur Google Chat / Hangout menggunakan alamat email yang saya temukan di Thunderbird. Dan ya, tidak lama kemudian, saya dikontak melalui Whatsapp saya yang tanpa kontak di HP kedua saya.

Pelajaran Berharga

Selalu punya exit plan jika HP utama kamu tiba-tiba rusak atau hilang. Apakah akses ke Financial Service seperti Perbankan dan E-money tersedia di kedua HP? Apakah layanan Financial Service tersebut membutuhkan akses ke SIM Card atau HP utama? Bagaimana dengan kontak ke orang terdekat, apakah sudah tercatat di berbagai perangkat?

Semoga hal ini tidak lagi kejadian di saya pribadi ataupun di orang lain juga. Selalu rencanakan penggunaan HP anda dengan matang supaya permasalahan saya tadi bisa teratasi dengan mudah.

Look Back, pada saat itu penulis mengetahui judul ini sangat sedang asik membuka situs Manga Plus dari Shonen Jump. Look Back? Mangaka dari Chainsaw Man? Pada saat itu mungkin Chainsaw Man sedang hiatus karena perpindahan arc, tapi siapa sangka, mangaka ini justru sempat untuk menulis karya baru.

Pekan kemarin, memutuskan untuk menonton Look Back di layar bioskop, karena kebetulan memang masih tayang. Dan kali ini tidak menonton sendiri, namun mengajak pasangan penulis.

Catatan, tulisan di bawah mengandung spoiler dari isi cerita Look Back. Jika ingin menikmati cerita sendiri, silahkan tutup dan hindari tulisan ini.

Perbedaan Antara Mangaka dan Illustrator

Karena tidak menemukan kata yang tepat untuk “Mangaka” dan “Illustrator”, jadi penulis tulis demikian. Look Back menceritakan 2 tokoh utama yang menyukai seni, namun yang mereka kerjakan adalah dua hal yang berbeda dari seni.

Mangaka, atau mungkin orang yang membuat komik. Komik tidak harus berbentuk serial apalagi dibukukan. Komik dapat sesimpel sebuah 4 panel di atas secarik kertas. Komik umumnya memang bersifat menghibur alih-alih memberikan suatu kesan yang wah.

Sedang Illustrator mungkin bisa dibilang juga serupa dengan pelukis. Dia melukiskan suatu pemandangan atau kejadian di suatu tempat, dengan kualitas detail yang cukup tinggi.

Kedua profesi atau hobi ini memiliki skill yang berbeda. Seorang mangaka yang ingin mempelajari bidang ilustrasi mungkin akan butuh waktu yang cukup lama. Begitu pula sebaliknya.

Untuk menjadi ahli, diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk berlatih dan berlatih tiada henti.

Look Back adalah Animasi yang Artistry

Pada awalnya, Look Back dimulai dengan sudut pandang yang sangat unik. Seorang anak yang sedang menggambar komik 4 panel, kemudian komik itu menjadi nyata seperti animasi. Dengan perbedaan kualitas animasi yang drastis, seakan animasi ini tidak untuk ditayangkan di bioskop. Namun mungkin itulah nilai jual dari karya mangaka Chainsaw Man ini.

Look Back memiliki plot yang juga simpel, sangat sederhana, namun karena kesederhanaan itu justru membuat animasi Look Back ini mudah dicerna, dibanding serial Chainsaw Man.

Banyak hal yang ada di Look Back merupakan kejadian yang mungkin bisa dibilang kocak dan juga tidak masuk akal. Namun juga tragis. Siapa sangka perubahan timeline justru membuat sebuah animasi menjadi semakin emosional?

Akhir Cerita

Pada akhirnya, kita kembali diingatkan, atas pilihan-pilihan di hidup kita. Setiap pilihan dalam hidup kita, akan membawa kita ke sebuah kemungkinan kehidupan yang mungkin saja berbeda. Namun apakah suatu kehidupan yang kita jalani sekarang adalah pilihan yang salah? Apakah kita dapat mengubah pilihan kita di masa lampau? Lalu apa yang bisa dilakukan saat ini?

Hal-hal seperti itu hanya diri kita sendiri lah yang mengetahuinya.

Penulis menjadi tidak sabar untuk menonton karya lain yang serupa Look Back. Semoga kita diberikan kesehatan untuk dapat menonton karya-karya emosional lain yang ada di dunia fana ini.

Sekian

Terlibat dalam banyak komunitas, baik sebagai anggota, pengurus, atau bahkan pendiri, membuat penulis dapat melihat adanya pola yang sama pada pengelolaan kegiatan di komunitas. Komunitas mungkin bisa dibagi menjadi 2 kategori, komunitas yang terbuka dan terbatas.

Komunitas Terbuka

Komunitas Terbuka mungkin lebih umum untuk ditemukan. Mereka umumnya punya kegiatan yang terbuka bagi siapa saja untuk bergabung, kemudian akan ada beberapa akun atau user yang membagikan keseruan kegiatannya. Biasanya komunitas terbuka memiliki lebih dari 1 akun atau grup, tidak terbatas kepada akun atau grup komunitas saja.

Misal komunitas Z didirikan oleh pendiri A. Sering kali pendiri A mempublikasikan kegiatan komunitas Z di akun pendiri A sendiri, tidak hanya di akun atau grup komunitas Z. Belum lagi terkadang mereka ingin mencapai lebih banyak orang, sehingga mereka memiliki lebih dari 1 platform sosial media.

Komunitas Terbatas

Sedangkan Komunitas Terbatas, umumnya hanya berada di 1 platform saja dan hanya memiliki 1 grup saja. Diskusi yang dilakukan juga hanya berada di dalam komunitas saja, tidak sampai di luar komunitas seperti Komunitas Terbuka. Untuk bergabung pun, terkadang kita perlu mendapatkan referral dari orang lain yang sudah bergabung terlebih dahulu.

Kelola Kegiatan

Pada Komunitas Terbatas, pengelolaan kegiatan dapat dilakukan dengan mudah, karena umumnya hampir seluruh anggota berada pada grup tersebut. Hanya perlu pin dan reminder supaya orang-orang yang akses komunitas tersebut dapat selalu diingatkan bahwa akan ada kegiatan apa saja.

Sedangkan pada Komunitas Terbuka, umumnya mereka harus membuat pamflet dan link pendaftaran untuk dibagian di seluruh akun dan platform sosial media agar bisa menjangkau lebih banyak orang.

Masalah Pengelolaan Kegiatan di Komunitas

Pada saat ini, komunitas banyak yang beroperasi di platform sosial media ataupun platform internet messaging atau chatting. Kedua platform ini memiliki masalah yang sama, yakni informasi terkait kegiatan-kegiatan yang lampau bisa tenggelam. Kegiatan yang akan datang sebetulnya juga bisa tenggelam karena informasi mengenai hal di luar kegiatan bisa menumpuk.

Pada era sebelum pandemi, komunitas banyak menggunakan platform event management yang bersifat komersial. Mungkin awalnya platform tersebut memang sedang mencari pengguna dan model bisnis, jadi masih banyak yang gratis. Namun setelah beberapa tahun, platform tersebut mulai ramai dan akhirnya menjadi berbayar.

Bagi penulis, hal ini sangat disayangkan karena data kegiatan-kegiatan sebelumnya jadi terperangkap di platform tersebut. Jarang atau hampir tidak ada platform komersil yang menyediakan fitur untuk export data mereka sehingga bisa kita gunakan di platform yang lain.

Ambisi Komunitas Teknologi Lokal untuk Mengembangkan Sendiri

Tidak jarang ada ambisi-ambisi dari komunitas lokal untuk mengembangkan sendiri software yang biasa mereka pakai namun misal sudah menjadi berbayar, semakin mahal, atau justru mati. Ambisi ini patut dihargai. Namun sering kali ambisi ini berakhir tanpa ada hasil. Karena memang mengembangkan aplikasi yang bukan kita sendiri yang menggunakan, itu bukan hal yang mudah.

Memanfaatkan Open Source

Hal ini jarang dilirik oleh para pengelola komunitas, termasuk komunitas teknologi sendiri. Memanfaatkan open source berarti juga harus memahami bagaimana aplikasi open source tersebut bekerja, dan mengelola sendiri server yang dipakai alih-alih menyerahkan pada pihak lain.

Dengan menggunakan Open Source, kita menghindari konsep DRY, yakni Don't Repeat Yourself. DRY tidak apa digunakan untuk konteks belajar, namun untuk penggunaan aplikasi yang cukup urgen sebaiknya menggunakan yang sudah ada, kemudian baru kembangkan sendiri sesuai kebutuhan yang jelas.

Selain itu, kita jadi seakan memiliki tim. Karena menggunakan Open Source berarti menggunakan source code milik orang lain. Kita bisa jadi bertanya dan berdiskusi dengan pemilik source code ataupun dengan orang-orang lain di luar sana yang ingin berkontribusi.

Daftar Open Source untuk Kelola Kegiatan

  1. Mobilizon https://joinmobilizon.org/en/

Mobilizon mungkin open source pengelola event pertama yang penulis temukan. Memiliki fitur yang serupa seperti pengelola event komersil yang lain. Namun penulis kesulitan untuk menjalankan aplikasi ini di server Arch.

  1. Gancio https://gancio.org/

Gancio adalah open source kedua yang ditemukan penulis, fiturnya cukup terbatas. Open source ini seperti event aggregator saja, untuk mengumpulkan informasi event-event, namun tidak untuk pengunjung registrasi dan sebagainya. Menurut penulis, ini masih lebih baik dibanding menggunakan layanan komersil ataupun platform sosial media saja. Sehingga siapapun bisa mengakses kegiatan-kegiatan milik komunitas secara terbuka.

  1. Gathio https://gath.io/

Gathio serupa namun tidak sama dengan Gancio. Gathio tidak menampilkan event dari semua komunitas. Link yang dibagikan adalah link untuk membuka profil dari suatu komunitas dan menampilkan kegiatan-kegiatannya. Reservasi bisa dilakukan melalui Gathio seperti melalui ActivityPub.

Kesimpulan

Dengan adanya permasalahan di komunitas terkait keterbukaan informasi kegiatan. Harapan penulis setelah ini adalah semakin banyak komunitas yang memanfaatkan Open Source untuk membagikan dan mendokumentasikan kegiatan-kegiatan mereka secara terbuka. Hal ini harapannya dapat meningkatkan pertumbuhan komunitas dan minat terhadap komunitas.

Terima kasih

Belakangan ini ada celetukan ajakan untuk menggunakan Twitter atau Instagram dari orang sekitar. Terakhir kali pakai Twitter adalah akhir tahun lalu, sedang untuk Instagram mungkin sekitar awal tahun ini, dan Facebook sudah bertahun-tahun yang lalu.

Hal yang berat dari meninggalkan platform besar tadi bukan karena fitur, melainkan orang-orang yang ada disana. Namun konyolnya, orang-orang disana juga lah alasan pribadi untuk meninggalkan platform tersebut.

Alasan Migrasi

Pada awalnya, migrasi dari Facebook ke Twitter karena pada saat itu Facebook terlalu panas dengan perdebatan yang ada, sekitar tahun 2018-2019. Sambil singgah di Facebook dan Twitter, sesekali singgah juga di Instagram untuk sekedar mendapatkan life update dari beberapa orang yang diikuti. Namun pada 2022-2023 ini sangat terasa bahwa sosial media sudah menjadi tempat yang berbeda, bukan sekedar tempat untuk berekspresi saja, namun juga tempat untuk menghasilkan uang.

Mereka yang Menghasilkan Uang di Sosial Media

Uang yang dihasilkan dari platform sosial media tidak terbatas pada uang yang diberikan langsung oleh pemilik platform. Tetapi juga uang yang dihasilkan melalui sponsor atau melalui task atau tugas yang diberikan. Contohnya, semakin besar atau populer akun kita, semakin besar pula kemungkinan brand akan menghubungi kita untuk minta promosikan produk atau brand mereka. Setiap akun biasanya memiliki segmentasi pasar tersendiri, misalkan akun yang digemari oleh pegiat teknologi, akun yang digemari oleh pembaca buku, dan sebagainya. Jadi pihak brand akan membayar si pemilik akun dengan syarat mereka posting produk atau brand mereka, entah sekali posting atau berkala, entah itu tersirat atau tersurat.

Sedang untuk yang menghasilkan uang dengan task atau tugas, biasanya syarat-syarat sesimpel misal follow akun tertentu, bikin postingan dengan hastag tertentu, atau komentar di postingan atau akun tertentu. Ya, hal-hal tersebut umum kita kenal dengan buzzer.

Segmentasi pengguna di sosial media semakin melebar, bukan sekedar menjadi tempat untuk berekspresi, tetapi menjadi tempat untuk mencari ketenaran dan menghasilkan uang. Karena memiliki sudut pandang yang berbeda antara orang yang ingin berekspresi dengan orang yang lain, akhirnya sering menjadi konflik atau debat online. Debat online yang dilakukan secara tertutup mungkin masih oke, tetapi sering kali debat online dilakukan secara publik atau dilakukan tertutup namun kemudian disebarkan ke publik. Hal ini juga membuat pengguna yang lain menjadi ikutan tersulut emosi.

Hari demi hari itulah yang terjadi sebagai pengguna sosial media.

Lantas apa bedanya jika kita berpindah ke sosial media lain, seperti Fediverse?

Migrasi ke Fediverse

Setelah berpindah dari Twitter ke Fediverse, ada hal-hal yang pribadi sadari berbeda. Di Fediverse kita bisa memiliki sosial media kita sendiri. Mungkin sudah banyak aplikasi sosial media open source yang lain, tetapi apa gunanya jika memiliki sosial media yang penggunanya hanya kita sendiri atau sedikit orang? Lebih baik buat group chat saja kalau bagi kebanyakan orang sekarang.

Di Fediverse tidak hanya kita bisa memiliki sosial media kita sendiri, kita juga bisa berinteraksi dengan sosial media lain. Ibarat Twitter dapat berinteraksi dengan Facebook dan Instagram. Apakah Twitter bisa begitu? Saat ini tidak. Jadinya ketika kita ingin berinteraksi dengan beda platform, kita harus memiliki akun di platform yang lain. Namun di Fediverse kita cukup memiliki 1 akun di 1 platform, kemudian kita bisa berkomunikasi dengan berbagai platform di Fediverse.

Selain itu, di Fediverse kita bisa seenak kita untuk melakukan moderasi pada sosial media kita atau pada akun kita. Misalkan kita ingin supaya pendaftaran tidak terbuka untuk publik, kita ingin memblokir sosial media lain karena mungkin terlalu sering debat online, dan sebagainya. Hal ini membuat kita menjadi lebih fleksibel untuk mengatur sosial media menjadi sesuai yang kita butuhkan sendiri.

Kesimpulan

Karena alasan alasan tadi, rasanya tidak ada alasan untuk kembali ke sosial media yang kita tidak memiliki banyak kontrol atau kebebasan untuk kebaikan kita sendiri. Untuk apa mengakses sosial media yang kemudian membuat kita pusing, marah, ataupun sedih setiap saat kita mengakses?

Semoga artikel ini bisa menjadi jawaban ketika ada orang yang bertanya kepada pribadi, mengapa tidak aktif di Twitter lagi atau mengajak pribadi untuk kembali ke sosial media yang lain.