Terlibat dalam banyak komunitas, baik sebagai anggota, pengurus, atau bahkan pendiri, membuat penulis dapat melihat adanya pola yang sama pada pengelolaan kegiatan di komunitas. Komunitas mungkin bisa dibagi menjadi 2 kategori, komunitas yang terbuka dan terbatas.
Komunitas Terbuka
Komunitas Terbuka mungkin lebih umum untuk ditemukan. Mereka umumnya punya kegiatan yang terbuka bagi siapa saja untuk bergabung, kemudian akan ada beberapa akun atau user yang membagikan keseruan kegiatannya. Biasanya komunitas terbuka memiliki lebih dari 1 akun atau grup, tidak terbatas kepada akun atau grup komunitas saja.
Misal komunitas Z didirikan oleh pendiri A. Sering kali pendiri A mempublikasikan kegiatan komunitas Z di akun pendiri A sendiri, tidak hanya di akun atau grup komunitas Z. Belum lagi terkadang mereka ingin mencapai lebih banyak orang, sehingga mereka memiliki lebih dari 1 platform sosial media.
Komunitas Terbatas
Sedangkan Komunitas Terbatas, umumnya hanya berada di 1 platform saja dan hanya memiliki 1 grup saja. Diskusi yang dilakukan juga hanya berada di dalam komunitas saja, tidak sampai di luar komunitas seperti Komunitas Terbuka. Untuk bergabung pun, terkadang kita perlu mendapatkan referral dari orang lain yang sudah bergabung terlebih dahulu.
Kelola Kegiatan
Pada Komunitas Terbatas, pengelolaan kegiatan dapat dilakukan dengan mudah, karena umumnya hampir seluruh anggota berada pada grup tersebut. Hanya perlu pin dan reminder supaya orang-orang yang akses komunitas tersebut dapat selalu diingatkan bahwa akan ada kegiatan apa saja.
Sedangkan pada Komunitas Terbuka, umumnya mereka harus membuat pamflet dan link pendaftaran untuk dibagian di seluruh akun dan platform sosial media agar bisa menjangkau lebih banyak orang.
Masalah Pengelolaan Kegiatan di Komunitas
Pada saat ini, komunitas banyak yang beroperasi di platform sosial media ataupun platform internet messaging atau chatting. Kedua platform ini memiliki masalah yang sama, yakni informasi terkait kegiatan-kegiatan yang lampau bisa tenggelam. Kegiatan yang akan datang sebetulnya juga bisa tenggelam karena informasi mengenai hal di luar kegiatan bisa menumpuk.
Pada era sebelum pandemi, komunitas banyak menggunakan platform event management yang bersifat komersial. Mungkin awalnya platform tersebut memang sedang mencari pengguna dan model bisnis, jadi masih banyak yang gratis. Namun setelah beberapa tahun, platform tersebut mulai ramai dan akhirnya menjadi berbayar.
Bagi penulis, hal ini sangat disayangkan karena data kegiatan-kegiatan sebelumnya jadi terperangkap di platform tersebut. Jarang atau hampir tidak ada platform komersil yang menyediakan fitur untuk export data mereka sehingga bisa kita gunakan di platform yang lain.
Ambisi Komunitas Teknologi Lokal untuk Mengembangkan Sendiri
Tidak jarang ada ambisi-ambisi dari komunitas lokal untuk mengembangkan sendiri software yang biasa mereka pakai namun misal sudah menjadi berbayar, semakin mahal, atau justru mati. Ambisi ini patut dihargai. Namun sering kali ambisi ini berakhir tanpa ada hasil. Karena memang mengembangkan aplikasi yang bukan kita sendiri yang menggunakan, itu bukan hal yang mudah.
Memanfaatkan Open Source
Hal ini jarang dilirik oleh para pengelola komunitas, termasuk komunitas teknologi sendiri. Memanfaatkan open source berarti juga harus memahami bagaimana aplikasi open source tersebut bekerja, dan mengelola sendiri server yang dipakai alih-alih menyerahkan pada pihak lain.
Dengan menggunakan Open Source, kita menghindari konsep DRY, yakni Don't Repeat Yourself. DRY tidak apa digunakan untuk konteks belajar, namun untuk penggunaan aplikasi yang cukup urgen sebaiknya menggunakan yang sudah ada, kemudian baru kembangkan sendiri sesuai kebutuhan yang jelas.
Selain itu, kita jadi seakan memiliki tim. Karena menggunakan Open Source berarti menggunakan source code milik orang lain. Kita bisa jadi bertanya dan berdiskusi dengan pemilik source code ataupun dengan orang-orang lain di luar sana yang ingin berkontribusi.
Daftar Open Source untuk Kelola Kegiatan
- Mobilizon https://joinmobilizon.org/en/
Mobilizon mungkin open source pengelola event pertama yang penulis temukan. Memiliki fitur yang serupa seperti pengelola event komersil yang lain. Namun penulis kesulitan untuk menjalankan aplikasi ini di server Arch.
- Gancio https://gancio.org/
Gancio adalah open source kedua yang ditemukan penulis, fiturnya cukup terbatas. Open source ini seperti event aggregator saja, untuk mengumpulkan informasi event-event, namun tidak untuk pengunjung registrasi dan sebagainya. Menurut penulis, ini masih lebih baik dibanding menggunakan layanan komersil ataupun platform sosial media saja. Sehingga siapapun bisa mengakses kegiatan-kegiatan milik komunitas secara terbuka.
- Gathio https://gath.io/
Gathio serupa namun tidak sama dengan Gancio. Gathio tidak menampilkan event dari semua komunitas. Link yang dibagikan adalah link untuk membuka profil dari suatu komunitas dan menampilkan kegiatan-kegiatannya. Reservasi bisa dilakukan melalui Gathio seperti melalui ActivityPub.
Kesimpulan
Dengan adanya permasalahan di komunitas terkait keterbukaan informasi kegiatan. Harapan penulis setelah ini adalah semakin banyak komunitas yang memanfaatkan Open Source untuk membagikan dan mendokumentasikan kegiatan-kegiatan mereka secara terbuka. Hal ini harapannya dapat meningkatkan pertumbuhan komunitas dan minat terhadap komunitas.
Terima kasih